en id

Berita

Sri Sultan Hamengku Buwono X: Tak Ada Lagi Masalah Terkait Pembangunan Bandara Baru Yogyakarta

07 Apr 2014

kembali ke list


Jakarta (04/04/2014) - Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X bersama jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) DI Yogyakarta melakukan kunjungan kerja ke Kantor Pusat Angkasa Pura Airports, Kemayoran, Jakarta, Jumat (04/04). Kunjungan ini membahas perkembangan proyek Bandara Baru Yogyakarta di Kulon Progo. Kedatangan Sri Sultan disambut oleh President Director Angkasa Pura Airports Tommy Soetomo dan jajaran direksi Angkasa Pura Airports. Hadir dalam kesempatan tersebut Direktur Bandar Udara Kementerian Perhubungan RI Bambang Tjahyono.

"Permasalahan penetapan lokasi proyek proyek Bandara Baru Yogyakarta telah mencapai titik temu. Lokasi bandara tidak perlu mundur dan tidak perlu menerabas Sungai Bogowonto," terangnya. Menurut Sultan, sudah tidak ada masalah lagi yang menghambat pembangunan bandara Kulonprogo. PT Jogja Magasa Iron (JMI) selaku pemrakarsa proyek penambangan dan pengolahan pasir besi menyatakan siap memundurkan lokasi pabriknya. Selain itu, JMI juga menyiapkan inovasi baru yang memungkinkan pabriknya dibangun dalam area yang lebih kecil. Dengan demikian, cerobong asap dan partikel sisa aktivitas produksi dapat diminimalisir dan tidak akan mengganggu kegiatan operasional bandara.


"Setelah dihitung, mundurnya lokasi pabrik JMI sudah memungkinkan terciptanya kawasan aman bagi operasional bandara. Panjang runway juga sudah mencapai target 3.600 meter. Dengan demikian, Angkasa Pura Airports tidak perlu memundurkan lokasinya hingga 500 meter ke barat. Pembangunan lampu-lampu navigasi yang harus menerabas Sungai Bogowonto juga tak perlu dilakukan," tambah Sultan.

Keterbatasan Bandara Adisutjipto
Saat ini, kapasitas land side dan air side Bandara Adisutjipto sudah tidak dapat menampung trafik yang ada. Bandara Adisutjipto saat ini hanya dapat menampung 1,2 juta penumpang per tahun. Berdasarkan data trafik tahun 2013, Bandara Adisutjipto telah melayani 64,9 juta pergerakan pesawat, 5,7 juta penumpang, serta 14,5 juta kilogram kargo. Hal tersebut menunjukkan bahwa Bandara Adisutjipto telah mengalami over capacity.

Sebagai salah satu bandara terpadat di Indonesia, Bandara Adisutjipto memiliki beberapa keterbatasan. Runway bandara sepanjang 2.200 meter tidak dapat diperpanjang karena adanya beberapa halangan. Di sebelah barat, perpanjangan runway terhalang oleh Jembatan Janti dan sungai, sementara di timur terhalang oleh Gunung Boko. Selain itu, lokasi bandara tidak memungkinkan untuk dikembangkan menjadi airport city.

Dengan hadirnya Bandara Baru Yogyakarta yang direncanakan dibangun di daerah Temon, Kulonprogo, akan mengatasi permasalahan di bandara kebanggan masyarakat Yogyakarta ini. Pemilihan Temon sebagai lokasi bandara didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain geometri dan ketersediaan lahan, topografi, lokasi yang jauh dari gunung berapi, dan minimalisasi relokasi penduduk. Bandara baru ini nantinya akan menggantikan Bandara Adisutjipto dan diharapkan dapat menjadi bandara utama untuk mendukung pengembangan turisme, perdagangan, investasi, dan membuka peluang tenaga kerja bagi Provinsi DI Yogyakarta dan wilayah sekitarnya. [Citra Mahesa Nusantara/Diani Sekaring Sejati]